CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Friday, November 21, 2008

Lubang Resapan Biopori (LRB), Lubang Kecil Pencegah Banjir

Banjir merupakan bencana alam berupa luapan air yang menggenangi suatu wilayah dalam jumlah yang cukup besar. Ini biasanya terjadi karena sistem drainase makro (drainase alam) sudah tidak mampu untuk menyerap air dalam jumlah besar. Sistem drainase mikro (drainase buatan) juga tidak mampu untuk menampung dan mengalirkan air permukaan. Beberapa faktor-faktor penyebab terjadinya banjir antara lain pendangkalan sungai, rusaknya saluran-saluran drainase, tidak adanya daerah resapan air, tidak adanya Ruang Terbuka Hijau (RTH). Sebenarnya, faktor penyebab banjir yang paling utama adalah kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, di samping faktor-faktor alam penyebab banjir misalnya, curah hujan, jenis tanah. Kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan menyebabkan tersumbatnya saluran drainase sehingga ketika hujan turun saluran drainase tidak mampu menampung dan mengalirkan air hujan. Pengembangan infrastruktur wilayah hasil buah pikiran manusia juga menjadi salah satu penyebab banjir. Pembangunan yang dilakukan tidak menggunakan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) yang baik dan benar tetapi hanya sebagai formalitas, cermin penduduk Indonesia.

Bencana alam seperti banjir bukan berarti tidak punya solusi. Setiap permasalahan yang ada pasti ada solusinya. Banyak alternatif yang bisa digunakan untuk menanggulangi / mencegah banjir. Salah satu alternatif pencegahan banjir adalah Lubang Resapan Biopori (LRB), di samping alternatif-alternatif lainnya.

Lubang Resapan Biopori (LRB) adalah teknologi tepat guna yang digunakan untuk mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya resap air ke tanah. Teknologi ini sangat sederhana dan ramah lingkungan. LRB terbuat dari tanah yang dilubangi menggunakan bor Lakonserva, berdiameter 10 - 30 cm dan panjangnya kurang lebih 80 - 100 cm. Lubang tersebut di beri sampah organik yang nantinya akan berubah menjadi kompos dengan memanfaatkan aktifitas fauna tanah dan akar tanaman. LRB ini juga bisa mengurangi emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida dan metan.

LRB akan menambah luas bidang resapan air, setidaknya ukurannya sebesar luas dinding lubang. Lubang Resapan yang berdiameter 10 cm dan panjangnya 80 cm memiliki luas bidang resapan 2590,5 cm2. Dengan kata lain, suatu permukaan tanah berbentuk lingkaran yang berdiameter 10 cm memiliki luas bidang resapan 78,5 cm2. Namun, setelah dibuat Lubang Resapan dengan kedalaman 80 cm, luas bidang resapannya berubah menjadi 2590,5 cm2 atau hampir ¼ m2. Adanya aktivitas fauna tanah dan akar tanaman menjadikan terbentuknya biopori yang selalu terpelihara. Oleh sebab itu, bidang resapan ini ada senantiasa terjaga kemampuannya dalam meresapkan air. Dengan demikian, kombinasi antara luas bidang resapan dan biopori secara bersama-sama akan meningkatkan kemampuan tanah dalam meresapkan air.

Langkah-langkah untuk membuat LRB tergolong mudah. Kita cukup dengan mengebor tanah searah jarum jam menggunakan alat bor. Dalam pengeboran perlu ditambahkan air supaya tanah menjadi lebih gembur dan mengebornya lebih mudah. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi siapapun untuk tidak membuat LRB karena pembuatannya mudah. Selain itu, LRB juga bisa diterapkan dimana saja. Lahan yang sudah ditutup dengan perkerasan jalan pun bisa dibuat LRB, apalagi lahan yang masih terbuka.

LRB merupakan teknologi yang ramah lingkungan. Ini dibuat dari tanah dengan cara dibor. Tidak ada satu pun bahan kimia / bahan berbahaya yang digunakan untuk membuat Lubang ini. Lagipula, lubang ini berfungsi untuk merubah sampah organik menjadi kompos sehingga dapat mengurangi jumlah sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Alat untuk membuat LRB, bor Lakonserva, juga tidak terlalu mahal hanya Rp 175.000,- dan bisa digunakan berkali-kali. Jika dihitung-hitung, fungsi LRB jauh melebihi harga yang harus dikeluarkan untuk membeli alat bornya.

Lubang Resapan Biopori merupakan salah satu alternatif pencegahan banjir. LRB berfungsi meningkatkan kemampuan tanah dalam meresapkan air. Semakin banyak LRB yang dibuat maka semakin banyak pula air yang bisa diserap ke dalam tanah. Semakin banyak air yang diserap oleh tanah akan semakin mengurangi aliran air permukaan sehingga akan mencegah terjadinya banjir. Air yang diserap bisa menambah cadangan air tanah sehingga nantinya bisa mencegah terjadinya krisis ketersediaan air di musim kemarau. Pembuatan LRB dalam jumlah besar berarti mengurangi sampah organik dalam jumlah besar pula. Hal itu akan mengurangi penumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Selain itu, juga akan mengurangi beban sungai dalam menampung sampah. Berkurangnya jumlah sampah di sungai juga akan mencegah terjadinya banjir karena tempat yang awalnya terisi oleh sampah akan digantikan oleh air permukaan.

1 comments:

InDaH's BloG said...

kyknya ini bkalan bs ngurangin bnjir di Jakarta dee...

Apalagi, udah m'masuki musim penghujan...

Ayo, qt mulai bwt LRB di lingkungna rmh qt...

Betull, qt hrs mulai dr dri sndr
iiya kann..